Posts

Refleksi : Karier

Refleksi : Karier Malam ini tidak dingin, udara panas sisa siang tadi masih terasa. Entahlah, sampai pada ruangan berukuran sedang ini udara panas masih saja ku rasakan. Untungnya ada kipas angin yang sudah sejak 1 tahun lebih aku beli dan masih setia membuatkan angina buatan untuk ruangan ini. Sembari mengetik tugas-tugas kuliah, aku teringat nasihat dosen 2 hari yang lalu. Nasihat yang sebenarnya sudah aku ketahui, maksudnya sudah aku pahami. Namun, ada baiknya tetap mendengarkan. Akhirnya aku jadi ingat kembali. Aku hampir saja lalai. Dosen kelas siang itu menasehati kami tentang karier di dunia saat ini. Apa   yang kita butuhkan bukan sekedar gelar, tapi lebih dari itu, makna dari gelar yang kita dapat. Begitu kira-kira yang bisa aku tangkap dari beliau. Tanpa sadar, aku ikut memperhatikan jari-jari yang mengetik diatas laptop berwarna silver ini. Ajaib ! Sungguh kuasa Tuhan, jari ini bisa mengungkapkan apa yg hati rasakan dan pikiran ini pikirkan. Saat SMA dulu, in

Refleksi : Ekspektasi

Refleksi : Ekspektasi Salah prinsip dalam hidup yang selama ini aku pegang adalah aku tidak boleh mengecewakan orang lain. Aku harus berusaha semaksimal mungkin untuk membuat orang lain tidak merasa kecewa. Aku harus memberikan yang terbaik. Perihal kecewa dan orang lain, sebenarnya   bukanlah suatu hal sederhana. SSebab ini semua akan menjadi sesuatu yang complivcated ketika kita menghadapinya pada suatu hal yang besar, yang mungkin diluar kendali kita. Aku tidak ingin mengecewakan orang lain. Sebisa mungkin. Namun kemudian, aku tiba di titik lemahku. Ketika aku tidak bisa memenuhi harapan orang lain yang ditaruh kepada kedua pundakku. Disaat itu aku sangat kesal dan marah. Ketika orang lain kecewa terhadap diriku, aku pun kecewa terhadap diriku sendiri. Apa kira-kira kesalahan yang membuatku tidak maksimal sehindda tidak dapat meraih target itu ? sehingga orang lain kecewa karena ekspektasinya kepadak tidak terealisasi ? Aku murung dan seketika tidak banyak bicara. Aku ba

Pesan Singkat : Teruntuk yang Hilang dari Seimbang

Pesan Singkat : Teruntuk yang Hilang dari Seimbang Kedamaian itu hadir bersama dinding kamar yang berdiri kokoh melindungiku dari segala ketidakpastian diluar sana. Dinding ini terlalu setia mendengar setiap lagu yang ku putar ditengah malam-malam yang sunyi. Juga mendengar bunyi ketikan jari jemariku yang menuliskan kisah-kisah tak berujung. Semakin hari dinding ini semakin dingin, ia mewakili perasaanku. Hati dan pikiran harus seimbang. Tidak bisa terlalu banyak menggunakan logika tidak juga bisa terlalu banyak menggunakan perasaan. Namun, aku sedang tidak seimbang.  Aku baru saja akan memulai lagi keseimbangan itu dengan menambah sedikit ruang untuk perasaanku bekerja. Logikaku sudah terlalu banyak mengambil bagian dalam hidupku. Dalam menentukan keputusan, dalam berencana, dalam bermimpi, dalam ambisi, dan hampir dalam segala hal. Aku merasa tidak adil dengan hati kecilku. Kenapa tidak sama ukurannya dalam melibatkan hati kecil ini ? aku tidak adil pada di