Posts

Showing posts from September, 2019

Pesan Singkat : Maafkan Aku yang Menangis Lagi

Pesan Singkat : Maafkan Aku yang Menangis Lagi Hai Kamu Terimakasih telah membuatku menngis lagi Tidak, tidak perlu kamu yang meminta maaf Justru aku yang harus meminta maaf sebab rasaku terlalu dalam untukmu sehingga kau sebut aku terlalu “sensitive” Entahlah mungkin kamu yang egois atau aku yang terlalu mudah menangis Namun sungguh, Sudahlah tak perlu terus-terusan kamu meminta maaf Pun maaf mu tak akan mampu meraik lagi air mataku yang sudah menetes dipipi Aku hanya minta Tolong jangan biarkan aku menangis lagi Bantu aku untuk menjadikan ini tangisan yang terakhir Sebab aku lelah Aku tidak ingin lagi seperti ini Mengatakan tidak mencintai namun justru aku yang lebih mencintai Tolong bantu aku Bantu aku untuk membencimu Dengan rasa benci yang amat besar Hingga dapat mengalahkan rasa kasih dan rasa sayangku untukmu Aku sangat ingin membencimu Agar aku tidak menangis lagi karena terlalu menyayangimu Tolong juga Tidak perlu ada

Refleksi : Tentang Usia

Refleksi : Tentang Usia Ditulis saat Sulistia Wargi dalam keadaan tidak puas dengan dirinya sendiri. Dirumah yang hanya ada aku dan seorang kakakku. Mamah dan Bapak menginap dirumah kakak pertamaku yang baru 2 bulan lalu melahirkan, rindu cucu katanya. Malam yang sudah pasti akan menjadi malam panjang karena aku akan berjaga untuk mengerjakan tugas-tugas kuliahku dan beberapa dokumen organisasi maupun komunitas yang aku ikuti. Namun ku cintai mala mini. Dengan sepenuh hatiku, ku haturkan rasa syukur kepada-Nya karena masih dapat bernapas sampai detik ini. Jika ditanya usia, satu hal yang membuatku cemas. Pada angka berapa usia ini akan berhenti bertambah ? Sedangkan masih banyak target yang belum aku capai. Masih belum banyak hal baik yang cukup aku lakukan sebagai bekalku di alam setelah dunia. Masih banyak tugas yang harus ku selesaikan untuk orang-orang yang aku cintai. Sementara aku sendiri terlalu mencintai banyak hal di dunia ini. Aku mencintai Mama, Bapak, keluargak

Berdamai Dengan Diri Sendiri

Berdamai dengan Diri Sendiri Aku pernah begitu khawatir tentang hari-hari yang akan ku jalani. Setengah jiwaku bertahan di dalam raga yg tak berdaya ini. Sementara separuh lainnya mengembara pada utopia. Luka ini masih terlalu perih untuk disapa angin sore ini. Taman seolah menjadi tempat paling tepat untukku berduka. Mengenang segenap kegagalan akibat terlalu lemah menghadapi kerasnya dunia. Juga akibat terlalu bergantung pada manusia lain. Pikiranku terlempar jauh ke 2 tahun yang lalu. Dengan menggenggam toga, aku berlari menuju taman ini. Sebuah taman yg cukup sepi namun justru menenangkan saat itu. Tempat paling pas untukku berlari dari kerumunan orang-orang yang sedang berbahagia kala itu. Sengaja kutinggalkan gawaiku agar tak ku dapati telepon masuk dari keluarga atau teman-teman terdekatku. Semenjak itu pula aku jadi sangat membenci telepon genggamku itu. Karena ia yang dengan tak berperasaan memberiku kabar buruk tentang kematian seseorang. Toga yang masih ku genggam

Perjalanan - Sulistia Wargi

Perjalanan 1 Selalu ada pelajaran disetiap perjalanan. Hari ini, aku menuju kota sebelah. Berlokasi di Provinsi Jawa Barat. Aku sendiri saat ini di Provinsi DKI Jakarta. Aku pergi untuk beberapa hari. Akan tinggal sendirian disuatu penginapan. Melaksanakan salah satu tugas penting pekerjaan. Keretaku melaju dengan anggun di tengah cuaca pagi cerah menuju siang yang panas. Pukul 10.30, aku masih memandang pemandangan tak indah lewat kaca kereta. Beberapa stasiun harus aku lewati sebelum sampai akhirnya tiba di stasiun tujuan. Beberapa kali pula kereta berhenti setiap memasuki stasiun baru. Beberapa kali orang berlalu-lalang masuk dan pergi. Berulang kali mataku mengikuti langkah kaki tiap-tiap dari mereka. Selalu ada pelajaran dari tiap-tiap perjalanan. Begitulah yang sudah aku alami selama usia ku yang kini menginjak 26 tahun. Saat ini, tepat diseberang tempat dudukku, ada seorang anak laki-laki yang bisa ku taksir usianya sekitar 15 tahun duduk bersama ibunya. Namun aku tak yaki

Menjadi Aku

Minggu, 22 September 2019. Kepada Yang Terhormat, Aku Di tempat Salam sejahtera kepada kita semua. Semoga selalu dalam lindungan-Nya. Sehubungan dengan adanya Tantangan 2 One Day One Post, perkenankan Aku untuk menterjemahkan Aku. Kedalam suatu tulisan yang aku pun kadang tak mengerti menyebutnya apa. Namun jika ku lakukan studi literatur, maka tersebutlah ini sebagai : sastra. Untuk mempersingkat waktu, marilah kita langsung terjemahkan apa itu Aku. Menjadi Aku yang dibesarkan oleh puisi adalah suatu kebahagiaan yg melekat pada darah, tulang, dan daging. 2008 adalah kali pertama puisiku lahir. Tak jelas ku ingat apa judul puisi pertama itu. Namun yang jelas puisi itu tentang laut. Sebab guruku meminta untuk membuat puisi bertema alam. Kemudian aku tumbuh besar dengan cinta yang terjaga dikedalaman laut sana. Aku mencintai laut dan ku titipkan hatiku disana. Juga, 2016 aku bertemu buku karya Dewan Kesenian Banten dengan judul "Gelombang Puisi Maritim". Aku semakin ter

Aku Bertamu - Sulistia Wargi

Aku Bertamu Desember adalah akhir Akhir dari kisah tentang harapan dan mimpi Pernah menjadi syair-syair Menjadi melodi Padanya, Desember, aku bertamu Membawa melodi rindu Untukmu Kepada kata yang tak terbaca Kepada harap yang tak terucap Kepada mimpi yang tak tersanggupi Aku bertamu Aku Membawa segenggam memori tentang Desember yang kelabu Pada Rabu Aku merindu Aku kalah Dalam pertempuran melawan rasa yang menggebu Logikaku runtuhh Sampai aku jatuhkan lagi hati pada Desember tahun lalu Aku melangkah Pada hari-hari yang mengutuk diriku Menjadi tawanan rindu Di sudut semesta yang membiru Aku bertamu Aku bertamu Namun tak ada tuan rumah Aku mengetuk pintu Namun tak ada senyum merekah Aku bertamu Namun tak ada rumah Aku mengetuk pintu Namun kamu sudah pindah Aku bertamu Namun ini bukan rumah Aku mengetuk pintu Namun akhirnya pasrah Rumah adalah kesucian cinta kita yg bercat putih dengan beranda yang hangat Kamu berpindah, hanya tinggalkan memori

Sepotong Kisah

S iang tadi, matahari sangat berani menampakan sinarnya pada semesta. Aku membuka mata. Meraup cemerlang cahaya dari langit yang ceria. Berharap semangatku tak kalah garang darinya. Senin adalah masalah. Bagi beberapa orang yg selalu kalah. Beberapa orang yg tak pernah bersusah payah. Padahal semesta adalah tempat bekerja yg indah. Ah ! Kaku banget tangan gue. Jadi tadi berusaha bikin puisi lagi sejak beberapa tahun vakum. Tapi susah :( bangettttt. Gue seakan kehilangan ruhnya. Kayak hampa puisi gue tuh :( Kata orang nulis itu gampang. Iya gue setuju. Nulisnya gampang, tapi membuat tulisan itu menjadi indah itu gak gampang. Banyak hak yg harus dipertimbangkan. Dari diksinya, kalimat nya, dan embel-embel lainnya. Judul tulisan di blog kali ini Sepotong Kisah. Tapi gue bingung kisah mana yg bakal gue angkat. Lagian gue bukan tokoh yang kisahnga menarik untuk diangkat. Gue cuma mahasiswi semester 3 yg masih proses  pembentukan diri. Sebetulnya itulah sepotong kisahnya. Seb

Pengalaman Operasi Kalaizon (Part VI)

Besoknya aku datang lagi untuk ambil hasil lab. Mamah kaget, aku juga kaget, ternyata darah aku rendah banget :( Hb aku cuma 8,6. Lembar lab langsung aku foto dan kirim ke orang-orang dirumah. Mamah langsung natap aku heran dan nanya. "Kamu di kost-an makan apa aja ? Kok darah sampe rendah banget gini ?" "Ya makan apa aja mah yg aku mau hehehe" aku nyeleneh. "Haduhhh beneran deh, makan yg banyak !" "Iya mah iya..." Selesai nenangin mamah, hape aku bunyi. Ternyata itu dari kakak aku. Pesannya kurang lebih gini : "Makanya jangan makan junk food mulu... beli tuh sayuran makan ikan. Ayam itu gak bagus jaman sekarang dikasih makannya itu makanan instan jadi ayam tuh gak sehat lagi jangan keseringan." And I was like "..." Oh iya, ampe lupa hehe jadi untuk cerita sebelumnya boleh di cek disini ya gengsssss  Pengalaman Operasi Kalaizon (Part V) . Selamat membacaaaa ^^ Sampailah kita di poli penyakit da

Pengalaman Operasi Kalaizon (Part V)

Nama aku kembali dipanggil setelah menunggu diluar beberapa saat. Aku masuk dengan bergegas karena sudah lelah dengan macet tadi pagi. Pucuk mataku terasa basah karena tak sanggup melihat raut mamah yg sangat khawatir. Aku membuka gagang pintu yg terbuat dari besi berlapiskan material plastik. Kami duduk di depan dokter. Sebelumnya, aku tulis disini yaa cerita aku  Pengalaman Operasi Kalaizon (Part IV) . Hehehe tapi maaf ya aku nulisnya dibuat part begitu karena emang panjang banget ini cerita (sepanjang jalan kenangan ceileh). So yeah, lanjut ya ke part ini ! Dokter terlihat sudah mempersiapkan berkas-berkasnya. "Kalau dari saya boleh saja operasi kalau mau dihilangkan. Nah, langkah selanjutnya besok cek darah dulu terus cek ke penyakit dalam. Nantinya, sebetulnya yg akan lebih menentukan boleh atau enggaknya itu dari dokter poli dalam ya..." Fyi poli penyakit dalam itu adalah bagian untuk memerika kondisi tubuh bagian dalam, apakah ada gula darah, atau penyakit jantu

Pengalaman Operasi Kalaizon (Part IV)

Klik link sebelumnya  Pengalaman Operasi Kalaizon (Part III)  untuk tahu cerita dari awal ! Heyyo guys ! Gimana nih kabarnya ? Semoga sehat selalu yaaaaaaa... tulisan kali ini masih sama kayak sebelumnya yaitu tentang Operasi Kalaizon. Btw ini pertama kali aku operasi. Awalnya niat aku untuk operasi konjungtiva dissorder aku dimata kanan tapi pas perjalanan berobat, Allah punya kehendak lain, akhirnya jadilah mata kiri aku yg di operasi karena Kalaizon. Okeeee sambung cerita sebelumnya, dokter menjawab dengan agak ragu. "Enggak, gak berbahaya, tapi kita liat aja dulu kedepannya apakah ini bakal membesar atau gimana. Tapi sejauh yg saya lihat sekarang, ini gak akan membesar. Ukurannya hanya mengikuti volume proporsional tubuh. Juga nggk mempengaruhi fungsi pengelihatan, hanya saja ini merupakan variasi dari bentuk mata. Unik memang, hampir jarang sekali saya temui. Tapi sepertinya ini tidak berbahaya." Mendengar jawaban dokter, aku dan mamah saling bertukar panda