Refleksi : Karier
Refleksi : Karier
Malam ini tidak dingin, udara
panas sisa siang tadi masih terasa. Entahlah, sampai pada ruangan berukuran
sedang ini udara panas masih saja ku rasakan. Untungnya ada kipas angin yang
sudah sejak 1 tahun lebih aku beli dan masih setia membuatkan angina buatan
untuk ruangan ini. Sembari mengetik tugas-tugas kuliah, aku teringat nasihat
dosen 2 hari yang lalu.
Nasihat yang sebenarnya sudah aku
ketahui, maksudnya sudah aku pahami. Namun, ada baiknya tetap mendengarkan.
Akhirnya aku jadi ingat kembali. Aku hampir saja lalai. Dosen kelas siang itu
menasehati kami tentang karier di dunia saat ini. Apa yang kita butuhkan bukan sekedar gelar, tapi
lebih dari itu, makna dari gelar yang kita dapat. Begitu kira-kira yang bisa
aku tangkap dari beliau.
Tanpa sadar, aku ikut
memperhatikan jari-jari yang mengetik diatas laptop berwarna silver ini. Ajaib
! Sungguh kuasa Tuhan, jari ini bisa mengungkapkan apa yg hati rasakan dan
pikiran ini pikirkan. Saat SMA dulu, ini disebut gerak sadar yang melibatkan
otot-otot sensoris dan motoris. Bagi kalian mungkin ini wajar dan tidak ajaib.
Namun bagiku, ini sangat ajaib ! ya ajaib saja, bagaimana bisa semua komponen
dalam tubuh bekerja terorganisir seperti ini jika tidak ada Dzat yang
mengendalikannya, Dialah Allah SWT. Yang Maha Perkasa dan Maha Kuasa.
Nasehat dari dosen mengenai
karier benar-benar tertanam dikepalaku. Membuat aku semakin memperhatikan
hal-hal kecil dalam hidup dan mengambil pemaknaan didalamnya. Beliau berkata,
setiap tahun, lulusan dari jurusan yang sama berjumlah ribuan bahkan ratusan
ribu, belum lagi saingan kita dari lulusan-lulusan luar negeri, sedangkan jika
kita hanya mencari gelar untuk selembar kertas, kita akan kalah karena tak akan
mampu memiliki nilai tambah apapun. Aku jadi berpikir, jika tubuh ini saja
mampu bekerja secara terorganisir dari otot sensoris ke motoris lalu menjadi
suatu gerak suatu respon, lalu mengapa diri ini tak bisa mengorganisir rencana
dan target untuk menjadi suatu motivasi untuk mencapai mimpi ?
Akhirnya, sore kemarin, aku
putuskan untuk mengobrol via telepon dengan temanku. Sama-sama perempuan,
karena kali ini aku sedang butuh prespektif dari yang sama-sama perempuan.
Obrolah yang tak sengaja dibuat. Semata-mata karena dia mengomentari status
whatsappku mengenai menteri yang berlatarbelakang bisnis start up. Kita sepakat
bahwa beberapa orang mungkin memiliki amunisi yang cukup untuk menjadi sukses
dan beberapa orang tidak. Beberapa orang mungkin dilahirkan dari keluarga serba
berkecukupan sementara beberapa yang lain tidak. Beberapa orang mungkin
dibesarkan dilingkungan yang mensupport dan beberapa lain justru lingkungan
yang menjatuhkan. Namun, semua orang memiliki kesempatan yang sama diatas
tingkat usaha yang sama-sama diperjuangkan. Semua orang berhak menjadi versi
sukses dari dirinya.
Di hari yang sama sekali tanpa
titik hujan ini, karier menjadi salah satu topic yang mengisi kepala. Sangat
menarik untuk berbincang dengan kopi atau teh membicarakan karier dan rencana
hidup. Asalkan, jangan lupa akan akhirat. Ahhh.. apalah scene “refleksi” kali
ini. Rasanya terlalu mengudara. Sudahkan saja. Selamat merancang mimpi !
Comments
Post a Comment