Refleksi : Ekspektasi
Refleksi : Ekspektasi
Salah prinsip dalam hidup yang selama ini aku pegang adalah
aku tidak boleh mengecewakan orang lain. Aku harus berusaha semaksimal mungkin
untuk membuat orang lain tidak merasa kecewa. Aku harus memberikan yang
terbaik. Perihal kecewa dan orang lain, sebenarnya bukanlah suatu hal sederhana. SSebab ini
semua akan menjadi sesuatu yang complivcated ketika kita menghadapinya pada
suatu hal yang besar, yang mungkin diluar kendali kita.
Aku tidak ingin mengecewakan orang lain. Sebisa mungkin.
Namun kemudian, aku tiba di titik lemahku. Ketika aku tidak bisa memenuhi
harapan orang lain yang ditaruh kepada kedua pundakku. Disaat itu aku sangat
kesal dan marah. Ketika orang lain kecewa terhadap diriku, aku pun kecewa
terhadap diriku sendiri. Apa kira-kira kesalahan yang membuatku tidak maksimal
sehindda tidak dapat meraih target itu ? sehingga orang lain kecewa karena
ekspektasinya kepadak tidak terealisasi ? Aku murung dan seketika tidak banyak
bicara. Aku banyak berpikir dan itu membuatku menjadi pribadi yang
sangat-sangat pendiam. Aku merasa semesta sedang tidak berpihak kepadaku bahkan semua lelucon pun terasa tak lucu kala
itu.
Hingga akhirnya aku mencoba berdoa sembari merenungkan dan
mengevaluasi diri. Disamping itu,, aku juga coba menghubungi orang-orang yang
aku percaya untuk sekedar berbagi dan meminta saran. Seperti biasa, kalimat-kalimat
penyemangat yang kudapat. Memang itu tidak akan menyelesaikan masalah, namun
paling tidak kalimat itu membantuku untuk lebih percaya diri dan bangkit.
Hingga pada akhirnya aku berpikir bahwa :
Aku hidup bukan untuk memenuhi ekspektasi orang lain
Karena, bisa saja ekspektasi orang lain yang sekilas
terlihat menakjubkan bisa jadi itu tidaklah baik untukku. Bisa jadi, Allah
telah menyiapkan realitas lain untukku yang lebih baik, diluar ekspektasi orang
lain dan diluar ekspektasi diriku sendiri. Perihal kecewa, ternyata, kecewa
tidak akan dapat 100 persn kita hindari. Pun, saat kita berhasil pun pasti aka
nada saja suatuu kekecewaan dalam benak orang lain yang terselip dalam kalimat
“keren ! tapi.. “ “bagus ! selamat ! sepertinya akan lebih baik kalauu …” dan
lain sebagainya. Karena kita tidak akan bisa membawa semua pikiran orang yang
berbeda-beda itu. Kita tidak akanmampu mengikuti mereka 100 persen. Karena
sekali lagi,
Kita adalah diri kita sendiri yang berjalan diatas jalan
kita dan bertahan hidup dengan cara kita. Orang lain bahkan bukanlah orang yang
memberi makan bukan pula yang menyediakan udara untuk kita bernafas.
Comments
Post a Comment