Refleksi : Boros


Refleksi : Boros !

Tulisan kali ini benar-benar menjadi pukulan untuk diriku sendiri. Suatu self-reminder yang apabila suatu saat nanti ku baca kembali akan menjadi refleksi yang tiada berujung. Ini memang menjadi suatu dilemma, antara hidup hanya sekali atau uang akan terus-terusan habis. Faktanya untuk menghemat itu bukanlah suatu hal mudah apabila tidak terbiasa.
Sebenarnya definisi dan ukuran hemat bagi setiap orang itu berbeda-beda. Bagiku sendiri, hemat adalah menggunakan energy secara berkecukupan tanpa berlebihan. Energi apapun itu, entah energy listrik yang hampir setiap detik dalam hidup tak bisa kita lepas. Ataupun energy yang termanipulasi dalam bentuk uang. Masalahnya adalah kondisi yang kita hadapi setiap hari terkadang membuat ukuran ‘cukup’ itu menjadi melebar dan membesar. Memang, inilah tantangannya, bagaimana cara kita tetap dapat menggunakan energy dengan ukuran yang sama pada kondisi yang terus-terusan berubah. Terdengan agak sulit dan mustahil ya ? hmmm tapi tidak boleh menyerah !
Perihal gaya hidup boros sebenarnya sudah tumbuh sejak kecil. Terutama dari Bapak. Sebenarnya Bapak tidak secara langsung mengajarkan aku jadi orang boros, tapi lewat kasih sayangnya yang terkadang dan bahkan yang selalu memberikan apa yang aku mau tanpa perhitungan. Ya begitulah, namanya juga saying apapun pasti diberikan, iya toh ? hehe tapi semakin aku tumbuh besar, semakin timbul alsan-alasan yang mengharuskan aku berhenti boros. Berikut kira-kira alasanku yang mungkin juga jadi alas an kamu :
1.      Aku belum punya penghasilan
Hal pertama yang membuat aku sadar untuk berhenti dengan gaya hidup boros adalah karena aku belum punya penghasilan. Mungkin aku sering mendapat uang dari kegiatan-kegiatan ku yang ingin mencoba jadi produktif. Tapi itu tak seberapa dan bahkan sangat jarang. Maksudku, aku belum punya penghasilan tetap seperti gaji. Penghasilan tetapku adalah jatah bulanan dari orang tua ku dan uang bantuan pendidikan dari pemerintah. Oleh karena itu, aku merasa ‘kurang ajar’ kalau aku boros. Karena, aku merasa malu pada keringat yang setiap hari orang tuaku peras juga rasa kantuk dan lelah yang harus mereka tahan demi mendapat uang untuk membiayai kehidupan dan fasilitasku. Juga, perihal uang dari pemerintahpun benar-benar harus aku gunakan untuk hal-hal penting saja. Sebab, ini uang pemerintah yang maksudnya adalah uang dari rakyat. Tidak bisa aku semena-mena walaupun uang yang ku dapat tidak ada apa-apanya disbanding dengan yang DPR dan menteri dapat disana.
2.      Hidup hanya sekali
Alasan berikutnya adalah perihal hidup yang hanya sekali. Jika kebanyakan orang berfikir tentang YOLO (You Only Live Once) banyak memaknai YOLOnya mereka sebagai hidup yang chill  dan do whatever I like to do, aku hampir sepakat dengan hal itu. Namun, yang aku garis bawahi disini adalah chill yang bukan dengan menghabiskan uang melainkan dengan bekerja menjadi produktif untuk mendapatkan uang, karena yang lebih membahagiakan adalah ketika kita mampu menghasilkan uang ketimbang menghabiskan uang dan menukarnya dengan kesenangan yang sementara. Sedangkan I do whatever I like to do yang aku lakukan adalah berkaitan dengan produktivitas yang tadi, jadi aku membiarkan diriku untuk bebas memilih bidang apa yang aku senangi yg akan ku jalani dalam kehidupanku yang hanya sekali ini agar dapat menjadi bermanfaat bagi orang lain.
3.      Boros Perilaku setan
Yang terakhir ini adalah suatu alas an yang aku temukan saat SMA. SSaat itu, pelajaran Pendidikan Agama Islam dan aku menemukan suatu hadist yyang menjelaskan bahwa boros adalah prilaku setan. Dari sanalah kemudian aku sebisa mungkin berusaha untuk tidak boros. Aku kemudian berusaha juga menyisihkan uang yang aku punya untuk orang-orang yang lebih membuatuhkan, seperti kepada pengemis, pengamen jalanan, atau pada orang-orang yang sedang kesulitan dana untuk menyukseskan suatu acara. Walauupun, disisi lain aku bukan orang dengan harta berlimpah didunia, tapi aku berharap dengan sedekah yang tak seberapa ini dapat membangun kerajaan paling baik di akhirat kelak. Untuk kalian yang mungkin tidak percaya soal akhirat, tak masalah. Tapi aku yakin setiap dari kita semua setuju bahwa membantu orang lain adalah perilaku baik yang harus kita biasakan dalam hidup. Karena sadar ataupun tidak, harta itu akan terasa lebih nikmat apabila kita bagikan daripada habis oleh diri sendiri.

Yup, jadi segitu aja refleksi tentang boros dikehidupan aku. Sebenernya akan panjang banget pembicaraan kita kalau bahas hemat-boros-uang. Oleh sebab itu, yuk share juga cerita kalian yang insaf dari boros dan berjuang untuk hidup hemat (bukan pelit tapi hemat ! hehe). See you on the next Reflection !!! J

Comments

Popular posts from this blog

Refleksi : Tentang Usia

Refleksi : Ekspektasi